Minggu, 20 Maret 2016

Kisah Perjuangan Ir.Soekarno


Siapa yang tak mengenal sosok yang satu ini, sang pahlawan proklamatorsekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia yang sangat dikenal dengan suara yang menunjukan ketegasannya serta pidato-pidatonya yang menggelegar membuat semua orang sangat segan terhadapnya. tidak hanyarakyat Indonesia, negara negara luar juga menaruh rasa segan terhadap Presiden Pertama kita ini.

Pahlawan Proklamator

Ir. Soekarnoproklamator dan Presiden Pertama RI ini dilahirkan di Surabaya pada tanggal 06 Juni 1901. Beliau menyelesaikan sekolahnya di Hogere Burgerschool (HBS atau SMP dan SMA) dan melanjutkan pendidikannya diTechnische Hoge School (THS) di kota Bandung. Pada tahun 1925 Beliau menamatkan pendidikannya dan memperoleh gelar Insinyur.

Tesis Soekarno tentang kontruksi pelabuhan dan jalanan air ditambah dengan teorinya tentang perencanaan kota memiliki nilai penemuan dan keaslian yang begitu tinggi. Karena prestasinya itu, Beliau ditawari sebagai asisten dosen dariprofesor Wolf Schoemaker dan juga ditawarkan juga pekerjaan di pemerintahan kota. Semua ditolak sebab ia mempunyai keyakinan "Pemuda sekarang harus merombak kebiasaan untuk menjadi pegawai kolonial segera setelah memperoleh gelarnya. Kalau tidak demikian, kami tidak akan merdeka selama-lamanya".

Murid Dari H.O.S Cokroaminoto

Sejak Duduk di HBS, Soekarno sudah terlibat dalam pergerakan dengan mengikuti kegiatan dan ceramah H.O.S Cokroaminotopemimpin Sarekat Islam. Dalam otobiografinya Soekarno mengakui: "Pak Cokroaminoto adalah pujaanku. Aku muridnya secara sadar ataupun tidak sadar ia menggemblengku. Aku duduk dekat kakinya dan diberikannya kepadaku buku-bukunya, diberikannya kepadaku miliknya yang berharga...".

Pribadi Cokroaminoto sangat berpengaruh  dalam diri soekarno, karena bukan hanya Beliau yang pernah mondok di rumah tokoh Sarekat Islam (S.I) itu tetapi lebih-lebih lewat pandangan dan visi politiknya. Setelah beberapa lama bekerja sebagai guru di Sekolah Kesatrian milik Dr. Setiabudi, pada tanggal 26 Juli 1926 Soekarno mendirikan Biro Teknik dengan teman sekelasnya Ir. Anwani. Sebagai insinyur, Soekarno sebetulnya dapat hidup kaya dan mapan tetapi perjuangan yang dipilihnya. Bahkan untuk sekedar mengajak seorang teman dan istrinya kewarung untuk minum kopi tubruk kesukaannya dan makan peuyum (tape), Beliau harus menjual sebuah artikelnya seharga Rp 2,-

Dari Penjara ke Penjara

Dengan Dukungan enam orang teman dari Algamene Studfeclub antara lain Mr. Iskaq Tjokrohadisuryodr. Tjipto MangunkusumoMr. Budiarta, dan Mr. Sunaryo. Pada tanggal 4 Juli 1927 Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Tujuan partai tersebut adalah Kemerdekaan Indonesiasepenuhnya. Karena kegiatan politik bersama dengan rekan-rekan seperjuangan, Beliau ditangkap dan ditahan di Penjara Bantjeuj. Setelah diadili, Soekarno dijatuhi hukuman empat tahun penjara tetapi pada tanggal 31 Desember 1931 dibebaskan kembali. Pembebasan yang dipercepat itu terjadi karena protes keras dari berbagai pihak termasuk dari orang-orang Belanda sendiri. Direktur Penjara Sukamiskin bertanya kepada Soekarno apakah Beliau akan memulai "Hidup Baru". Soekarno dengan tenang menjawab : 
"Seorang pemimpin tidak berubah karena hukuman. Saya masuk Penjara untuk memperjuangkan kemerdekaan dan saya meninggalkan penjara dengan pikiran yang sama".
Ancaman penjara memang tidak membuat Soekarno jera dan menurunkan semangat juang-nya. Kegiatan politik dalam organisasi politik, pidato-pidatonya yang menggelegar, serta guratan pena-nya yang tajam membuat pahlawan proklamator ini ditangkap kembali pada tahun 1933. Soekarno selama bebeapa bulan dikurung disebual sel khusus di Penjara Sukamiskin. Sel khusus itu dibuat di tengah-tengah ruangan besar yang telah dikosongkan. Disebuah sel sempit dan ruangan yang besar, Beliau seorang diri menjalani hukuman kurungan. Delapan bulan lamanya Soekarno hidup seperti seorang petaa yang bisu. Setelah dikurung Beliau dibuang ke Flores yang sering disebutnya sebagai "Pulau Bunga". Di salah satu kampung nelayan di Kota Ende telah dipilih sebagai penjara terbuka baginya yang ditentukan oleh Gubernur Jendral. Kampung itu mempunyai  penduduk sebanyak lima ribu jiwa dengan keadaan yang masih terbelakang. Disamping kekosongan kerja, kesepian dan tiada kawan Soekarno juga menderita suasana tertekan yang hebat sekali. Flores baginya merupakan puncak penganiayaan pada awal pembuangan itu ditambah dengan penyakit malaria yang menjangkiti tubuhnya sampai Beliau tidak mampu untuk bangkit dari tempat tidur. Berita tentang penyakit Soekarno itu menimbulkan banyak protes sehingga setelah selama lima tahun mendekam di "Pulau Bunga" itu, pada Februari 1938 Beliau dipindahkan ke Bengkulu.

Sebagai seorang tokoh pergerakan, pembuangan dan penderitaan yang dialaminya tidak melumpuhkan daya juangnya. Pada waktu menghadapi berbagai kesulitan, Beliau selalu mengatakan pada dirinya sendiri "
"Soekarno, kesakitan yang kau rasakan sekarang hanyalah merupakan kerikil dijalan raya menuju kemerdekaan. langkahilah dia, kalau kau terjatuh karenanya, berdirilah engkau kembali dan teruslah berjalan"
Jepang yang menyerbu Sumatera pada tanggal 12 Februari 1942 dan kemudian menduduki seluruh kepulauan Nusantara membebaskan Soekarno dari hukuman Pembuangan.